Autobiografi
Aku adalah aku...
Inilah aku dengan segudang cerita
ku.
Rabu Wage 29 Juni 1994, malam
mendekati pagi itu pukul 23.00 WIB, dengan suasana heningnya malam dan rasa
kecemasan beradu, aku mulai mengukir sebuah sejarah, terlahir dari sebuah
tempat yang suci milik seorang wanita cantik bernama Ibu Siti Istiqomah, dan Bapak
Gunawan sebagai pasangannya, mereka adalah orang tua ku. Seulas senyum bahagia
samar-samar terlihat dari sekeliling ku. Di sebuah rumah yang sederhana desa
Merak Rt. 04/ll, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak menjadi tempat kelahiran ku.
Aku adalah sebuah emas
Tiga kg adalah berat badan ku kala
itu, berkulit putih seperti ayah ku, dan bermata sendu bak ibu ku, hehe begitu mungil
nan lucu kata ibu ku. Ayah Ibu ku menyebut ku adalah anak emas, bagi mereka
kelahiran ku adalah amanah terindah dari Allah. Bagi mereka tangisan ku adalah
nyanyian-nyanyian dari surga. Bagi mereka senyum ku adalah permata yang
berkilau. Awaliya Amirotun, begitulah mereka menamai ku.
Waktu merangkak begitu cepatnya.
Tidak terasa tubuh ku mulai tumbuh dan umur ku telah mencapai 5 tahun mendekati
6 tahun, aku mempunyai adik laki-laki bernama Abdan Syakirin. disaat itulah aku
mulai mengenal dunia pendidikan. Aku menimba ilmu di TK Pangudi Luhur lll dekat
rumah ku. Aku adalah murid pertama yang mendaftar di TK tersebut karena memang
disaat itu baru ada lembaga pendidikan khususnya Taman Kanak-Kanak di desa ku.
Bisa terlihat dari keseharian ku, aku adalah anak yang manja dan banyak teman,
setiap hari teman ku berkulit agak kehitaman bernama Sri Hartati selalu
menghampiri ku. ‘Mbak Liya... ayo mangkat !’ itu adalah kata-kata yang rutin
aku dengar darinya. Dan dengan sabarnya ia menunggu ku yang biasanya ibu ku
membantu ku mengenakan gaun hijau muda kesukaan ku. Dan tak lupa ibu ku
memberikan bekal untuk ku dan untuk teman ku berupa telur puyuh hasil dari
ternak ayah ku. Setelah satu tahun, kemudian aku bersekolah di SD N Merak 1.
Saat masa-masa itu karakter ku mulai terlihat lagi. Selain manja, aku adalah
anak yang feminim dan stylish mirip ibu ku. Setiap Minggu aku mengenakan
sepatu, baju, dan aksesoris sebagai pelengkapnya dengan warna yang senada dan
berganti-ganti warna. Selain itu aku terkenal sebagai anak yang cerdas,
peringkat satu, dua dengan mudahnya selalu ku dapatkan. Dan menjadi wakil
sekolah dalam lomba-lomba di tingkat kecamatan bahkan kabupaten sering ku
ikuti. Walaupun sekedar menjadi juara harapan itu sudah mampu melukis senyum
indah di raut wajah ayah-ibu guru waktu itu.
Waktu itu telah datang...
Kala itu masih jelas ku ingat dalam
memori otak ku, ketika aku kelas 6 hampir lulus, aku mulai tak seceria dulu.
Keluar masuk rumah sakit menjadi cerita baru ku, sering pingsan adalah reaksi
terhadap sakit ku, aku tidak tahu pasti ada apa gerangan dengan tubuh ku yang
mungil ini. Yang pasti tubuh ku sering lemas layaknya tanpa tulang, detak
jantung ku sering meninggi tak teratur, kepala ku sakit yang sesakit-sakitnya.
Oh... Tuhan, ada apa ini?
Ujian tidak cukup sampai disitu
saja, ketika gerbang menuju Sekolah Menengah Pertama, ada sebuah diskusi yang
cukup serius antara aku, ayah, dan ibu ku. Ayah ku melarang aku untuk
melanjutkan sekolah tepatnya berhenti 1 tahun dahulu, mengingat sakit ku yang
belum sembuh-sembuh juga, sedangkan ibu ku mendukung ku untuk bersekolah lagi,
mungkin karena ibu ku kasihan melihat aku yang meronta-ronta bersemangat untuk
sekolah. Singkat cerita akhirnya aku melanjutkan ke SMP N 1 Godong. Dan
akhirnya benar saja perkataan ayah ku, setelah 6 bulan belajar di SMP, sakit ku
semakin menjadi-jadi, akhirnya aku berhenti sekolah dan selama itu pula aku
menjalani pengobatan rutin. Dan bisa dikatakan aku bersekolah di SMP selama 4
tahun seiring dengan kejadian itu. Dan aku percaya ‘Allah tidak akan menguji
setiap hamba-Nya diluar kemampuannya’ dan inilah bagian dari hidup ku, lambat
laun sakit ku pergi dengan sendirinya berkat usaha-usaha pengobatan orang tua
ku, aku sembuh !
Aku adalah sang pemimpi...
Aku mulai mencari-cari jati diri ku,
ketika dulu aku sering bertanya kepada diriku sendiri ‘mau jadi apa kamu?’ dan
sering ku jawab ‘jadi dokter, jadi guru, dan yang lain’ dan kini mantap aku
melanjutkan sekolah favorit di SMK N 1 Purwodadi yang dulu bertaraf RSBI. Aku
mengambil jurusan Akuntansi. Suka duka masa-masa sekolah selama 3 tahun ku
lalui dengan senyuman. Selanjutnya pada hari Selasa, 17 Juni 2014 di UNDIP,
Tembalang berlokasi di Fakultas Ilmu Budaya, ruang A.3.10, aku mengikuti
seleksi SBMPTN dengan pilihan program studi Pendidikan Agama Islam,
Kependidikan Islam, dan Perbandingan Agama di IAIN Walisongo Semarang yang kala
itu belum menjadi UIN. Dan akhirnya ketika pengumuman secara online
tertuliskan ‘selamat’ aku diterima di jurusan Kependidikan Islam. Dan kini aku
berstatus sebagai mahasiswi program S1 jurusan Kependidikan Islam UIN Walisongo
Semarang.
0 komentar:
Posting Komentar