I AM THE BIG DREAMERS (Awaliya Amirotun)

Inilah Aku



Autobiografi

Aku adalah aku...
Inilah aku dengan segudang cerita ku.
Rabu Wage 29 Juni 1994, malam mendekati pagi itu pukul 23.00 WIB, dengan suasana heningnya malam dan rasa kecemasan beradu, aku mulai mengukir sebuah sejarah, terlahir dari sebuah tempat yang suci milik seorang wanita cantik bernama Ibu Siti Istiqomah, dan Bapak Gunawan sebagai pasangannya, mereka adalah orang tua ku. Seulas senyum bahagia samar-samar terlihat dari sekeliling ku. Di sebuah rumah yang sederhana desa Merak Rt. 04/ll, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak menjadi tempat kelahiran ku.
Aku adalah sebuah emas
Tiga kg adalah berat badan ku kala itu, berkulit putih seperti ayah ku, dan bermata sendu bak ibu ku, hehe begitu mungil nan lucu kata ibu ku. Ayah Ibu ku menyebut ku adalah anak emas, bagi mereka kelahiran ku adalah amanah terindah dari Allah. Bagi mereka tangisan ku adalah nyanyian-nyanyian dari surga. Bagi mereka senyum ku adalah permata yang berkilau. Awaliya Amirotun, begitulah mereka menamai ku.
Waktu merangkak begitu cepatnya. Tidak terasa tubuh ku mulai tumbuh dan umur ku telah mencapai 5 tahun mendekati 6 tahun, aku mempunyai adik laki-laki bernama Abdan Syakirin. disaat itulah aku mulai mengenal dunia pendidikan. Aku menimba ilmu di TK Pangudi Luhur lll dekat rumah ku. Aku adalah murid pertama yang mendaftar di TK tersebut karena memang disaat itu baru ada lembaga pendidikan khususnya Taman Kanak-Kanak di desa ku. Bisa terlihat dari keseharian ku, aku adalah anak yang manja dan banyak teman, setiap hari teman ku berkulit agak kehitaman bernama Sri Hartati selalu menghampiri ku. ‘Mbak Liya... ayo mangkat !’ itu adalah kata-kata yang rutin aku dengar darinya. Dan dengan sabarnya ia menunggu ku yang biasanya ibu ku membantu ku mengenakan gaun hijau muda kesukaan ku. Dan tak lupa ibu ku memberikan bekal untuk ku dan untuk teman ku berupa telur puyuh hasil dari ternak ayah ku. Setelah satu tahun, kemudian aku bersekolah di SD N Merak 1. Saat masa-masa itu karakter ku mulai terlihat lagi. Selain manja, aku adalah anak yang feminim dan stylish mirip ibu ku. Setiap Minggu aku mengenakan sepatu, baju, dan aksesoris sebagai pelengkapnya dengan warna yang senada dan berganti-ganti warna. Selain itu aku terkenal sebagai anak yang cerdas, peringkat satu, dua dengan mudahnya selalu ku dapatkan. Dan menjadi wakil sekolah dalam lomba-lomba di tingkat kecamatan bahkan kabupaten sering ku ikuti. Walaupun sekedar menjadi juara harapan itu sudah mampu melukis senyum indah di raut wajah ayah-ibu guru waktu itu.
Waktu itu telah datang...
Kala itu masih jelas ku ingat dalam memori otak ku, ketika aku kelas 6 hampir lulus, aku mulai tak seceria dulu. Keluar masuk rumah sakit menjadi cerita baru ku, sering pingsan adalah reaksi terhadap sakit ku, aku tidak tahu pasti ada apa gerangan dengan tubuh ku yang mungil ini. Yang pasti tubuh ku sering lemas layaknya tanpa tulang, detak jantung ku sering meninggi tak teratur, kepala ku sakit yang sesakit-sakitnya. Oh... Tuhan, ada apa ini?
Ujian tidak cukup sampai disitu saja, ketika gerbang menuju Sekolah Menengah Pertama, ada sebuah diskusi yang cukup serius antara aku, ayah, dan ibu ku. Ayah ku melarang aku untuk melanjutkan sekolah tepatnya berhenti 1 tahun dahulu, mengingat sakit ku yang belum sembuh-sembuh juga, sedangkan ibu ku mendukung ku untuk bersekolah lagi, mungkin karena ibu ku kasihan melihat aku yang meronta-ronta bersemangat untuk sekolah. Singkat cerita akhirnya aku melanjutkan ke SMP N 1 Godong. Dan akhirnya benar saja perkataan ayah ku, setelah 6 bulan belajar di SMP, sakit ku semakin menjadi-jadi, akhirnya aku berhenti sekolah dan selama itu pula aku menjalani pengobatan rutin. Dan bisa dikatakan aku bersekolah di SMP selama 4 tahun seiring dengan kejadian itu. Dan aku percaya ‘Allah tidak akan menguji setiap hamba-Nya diluar kemampuannya’ dan inilah bagian dari hidup ku, lambat laun sakit ku pergi dengan sendirinya berkat usaha-usaha pengobatan orang tua ku, aku sembuh !
Aku adalah sang pemimpi...
Aku mulai mencari-cari jati diri ku, ketika dulu aku sering bertanya kepada diriku sendiri ‘mau jadi apa kamu?’ dan sering ku jawab ‘jadi dokter, jadi guru, dan yang lain’ dan kini mantap aku melanjutkan sekolah favorit di SMK N 1 Purwodadi yang dulu bertaraf RSBI. Aku mengambil jurusan Akuntansi. Suka duka masa-masa sekolah selama 3 tahun ku lalui dengan senyuman. Selanjutnya pada hari Selasa, 17 Juni 2014 di UNDIP, Tembalang berlokasi di Fakultas Ilmu Budaya, ruang A.3.10, aku mengikuti seleksi SBMPTN dengan pilihan program studi Pendidikan Agama Islam, Kependidikan Islam, dan Perbandingan Agama di IAIN Walisongo Semarang yang kala itu belum menjadi UIN. Dan akhirnya ketika pengumuman secara online tertuliskan ‘selamat’ aku diterima di jurusan Kependidikan Islam. Dan kini aku berstatus sebagai mahasiswi program S1 jurusan Kependidikan Islam UIN Walisongo Semarang.

Media Pembelajaran Tiga Dimensi



TUGAS MAKALAH
MEDIA PEMBELAJARAN
KARAKTERISTIK MEDIA SEDERHANA TIGA DIMENSI
GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU : Drs. H. Muslam, M.Ag
DISUSUN OLEH :

1. Awaliya Amirotun                  (1403036054)
2. Nurma Nurul  K                     (1403036055)
3. Nur Iksan                                (1403036058)



KELAS KI 1 B



JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat kita pahami bahwa media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat dijadikan sarana penghubung untuk mencapai pesan yang harus dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar.
Banyak media pembelajaran yang dapat pendidik gunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran ini, namun seringkali sekolah terbentur pada kendala kemampuan dalam pengadaannya. Terutama saat dihadapkan pada harga media yang harus dibelanjakan tidak dapat terjangkau oleh sekolah. Menghadapi hal ini sekolah melalui para guru harus memiliki daya kreasi yang tinggi agar dapat menciptakan sendiri media pembelajaran tersebut.
Salah satu media pembelajaran yang pemakalah maksudkan adalah media tiga dimensi. Yaitu media yang memiliki tiga sisi depan belakang dan samping. Dengan demikian sebuah media tiga dimensi dapat dilihat dari berbagai arah. Mengingat ini maka jelas media ini akan besar pengaruhnya bagi siswa dalam mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian Media Tiga Dimensi?
2.      Apa saja jenis-jenis Media Tiga Dimensi dan jelaskan?






BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Media Tiga Dimensi
Media pembelajaran tiga dimensi, yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar,dan tinggi/tebal.[1] Media tiga dimensi juga dapat diartikan sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensi. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. [2]
Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu  berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.
  1. Jenis-jenis Media Tiga Dimensi
Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah model dan boneka. Model adalah bentuk yang dapat dikenal menyerupai persis benda sesungguhnya dalam ukuran skala yang diperbesar atau dikecilkan. [3] Boneka merupakan jenis model yang dipergunakan untuk memperlihatkan permainan.[4]
Menurut Nana Sudjana dkk, model dapat dikelompokkan kedalam enam kategori yaitu model padat (solid model), model penampang (cutaway model), model susun (builed-up model), model kerja (working model), mock-up, dan diorama.masing-masing kategori model tersebut mungkin mempunyai ukuran yang sama persis dengan ukuran aslinya atau mungkin dengan skala yang lebih besar atau lebih kecil dari pada objek yang sesungguhnya.[5] Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis model yang telah dikemukakan diatas.
  1. Model Padat (Solid Model)
Suatu model padat biasanya memperlihatkan bagian permukaan luar daripada objek dan acapkali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya dari bentuk, warna, dan susunannya. Contohnya: sejarah persenjataan: misalnya senapan, meriam, kapak, batu, lembing, tombak, dan pedang.
Dalam model ini siswa dapat melakukan kegiatan membuat model yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan konsep realisme bagi dirinya. Melalui kegiatan konstruksi, menciptakan dan membentuk objek tertentu mereka ditantang untuk memecahkan masalah-masalah pengajaran dalam berbagai bidang studi yang mereka pelajari. Melalui transformasi sederhana, menggunakan bahan-bahan murah para siswa menciptakan berbagai bentuk objek studi, sehingga hasil belajar lebih mendalam dan lebih mantap.[6]
  1. Kelebihan dari model padat
  1. Dapat memberikan pengalaman secara langsung
  2. Dapat dibuat dengan biaya yang murah
  3. Dapat mengembangkan konsep realisme siswa
  1. Kekurangan dari model padat
  1. Tidak dapat menjangkau sasaran dalam jumlah besar.
  2. Anak tuna netra sulit untuk mengaplikasikannya.
2.      Model Penampang (Cutaway Model)
Model penampang memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak, apabila bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian dalamnya. Kadang-kadang model ini dinamakan model X-Rayatau model Crossectionyaitu model penampang memotong. Contoh: anatomi manusia dan hewan, seprti: gigi, mata, kepala, otak, torso, tulang belulang, jantung, paru-paru, dan bagian ginjal.
Model penampang dibuat dengan beberapa alasan yang antara lain benda aslinya tertutup dan terlalu besar atau terlalu kecil, misalnya gunung berapi, sedang murid memerlukan penjelasan tentang struk-tur bagian dalamnya. Alasan lain adalah alasan kesesuaian, misalnya untuk mendapat pema-haman yang jelas tentang struktur bagian dalam mata manusia, kita tidak mungkin membuat irisan langsung pada tubuh manusia, sekalipun sudah mati. Untuk itu diperlihatkan tiruan untuknya.[7]
Fungsi dari model ini adalah menggantikan objek sesungguhnya. Selain itu model penampang bisa memperjelas objek yang sebenarnya, karena bisa diperbesar atau diperkecil. Yang perlu diperhatikan dalam membuat model penampang adalah, hanya bagian-bagian terpenting saja yang harus ditonjolkan, biasanya dibubuhi warna-warna yang kontras, sedangkan rincian yang tidak begitu penting dihilangkan.[8]
  1. Kelebihan dari model penampang
  1. Dapat memberikan pengalaman secara langsung.
  2. Hasil belajar lebih mendalam dan mantap.
  3. Dapat mempermudah pehaman karena merupakan pengganti obyek yang sesungguhnya.
  4. Dapat dibuat dengan biaya yang relatif murah.
  5. Belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting-penting saja
  1. Kekurangan dari model penampang
  1. Tidak dapat menjangkau sasaran dalam jumlah yang banyak.
  2. Penyimpanan memerlukan ruang dan perawatan.
  3. Anak tunanetra sulit membandingkannya.
  4. Jika membeli alat perga membutuhkan biaya yang besar.
3.      Model Susun (Builed-Up Model)
Model susun terdiri dari beberapa bagian objek yang lengkap, atau sedikitnya suatu bagian penting dari objek itu. Contoh: anatomi manusia dan binatang, seperti: mata, telinga, jantung, tengkorak, otak.
Model susunan dimaksudkan struktur bagian dalam dari suatu benda, disamping memperlihatkan bagian dalam obyek juga dapat dilepas atau dipreteli untuk dipelajari satu per satu sehingga memperjelas pengertian. Dan bila sudah selesai dapat diletakkan kembali pada posisinya semula. Model ini dapat berupa variasi dari model irisan. Model irisan sendiri dapat disebut model terbuka, karena menggambarkan obyek yang aslinya dalam keadaan tertutup ditampilkan dalam model yang terbuka. Untuk model terbuka sebaiknya siswa disuruh hati-hati waktu mempelajarinya. Karena disamping mahal harganya, juga agak mudah rusak dan apabila alat penyetelnya rusak dapat mengganggu penampilan model tersebut dan mungkin tidak dapat disusun seperti semula.[9]
  1. Kelebihan dari model susun
  1. Memberikan pengalaman secara langsung.
  2. Penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme.
  3. Dapat menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya.
  4. Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas.
  5. Dapat menunjkkan alur suatu proses secara jelas.
  1. Kekurangan dari model susun
  1. Tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah besar.
  2. Anak tuna netra sulit untuk membandingkannya.
  3. Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit.

  1. Model Kerja (Working Model)
Model kerja adalah tiruan dari suatu objek yang memperlihatkan bagian luar dari objek asli, dan mempunyai beberapa bagian dari benda yang sesungguhnya. Contoh: peralatan musik, seperti: biola,seruling, terompet, piano, harpa, trambulin.
Model kerja dirancang untuk menunjukkan kepada para siswa bagaimana mekanisme suatu objek itu berfungsi. Berbagai model yang baik seringkali mempergunakan pewarnaan yang kontras pada bagian-bagian terpenting seperti pada blok mesin, kabel, sikuit, atau berbagai komponen menunjukkan hubungan satu sama lain. model kerja sangat mendorong rasa keingintahuan siswa.[10]
  1. Kelebihan dari model kerja
  1. Memberikan pengalaman secara langsung.
  2. Dapat menunjukkan objek secara utuh baik cara kerjanya.
  3. Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas.
  4. Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.
  1. Kekurangan dari model kerja
  1. Tidak dapat menjaangkau sasaran dalam jumlah besar.
  2. Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit.
  3. Untuk membuat alat peraga ini membutuhkan biaya yang besar.
  4. Anak tunanetra sulit untuk mengaplikasikannya secara sempura.
  5. Mock-up
Mosk-up adalah suatu penyederhanaan sususnan bagian pokok dari suatu proses atau sistem yang lebih ruwet. Susunana nyata dari bagian-bagian pokok itu diubah sehingga aspek-aspek utama dari suatu proses mudah dimengerti oleh siswa. Contoh: penggunaan susunan perangkap tikus.
Mock-up adalah alat tiruan tiga dimensi yang dapat memperlihatkan fungsi atau gerakan dari aspek tertentu saja dari benda, alat atau obyek yang akan diterangkan. Pada mock-up hanya nampak bagian yang penting yang perlu diperagakan gerakannya atau proses kerjanya kepada siswa, sedang bagian kecil lainnya yang dianggap tidak penting atau yang dapat mengganggu perhatian siswa dihilangkan.
Jadi sebenarnya mock-up terletak ditengah-tengah model tiruan dengan benda sebe-narnya. Dikatakan model tidak tepat, karena dapat memperlihatkan fungsi sebenarnya dari bagian alat itu, sebaliknya disebut benda sebenarnya juga tidak tepat, karena bagian-bagian lain dari bentuk benda aslinya yang tidak diterangkan, dihilangkan. Selain itu bahan baku yang dibuat untuk alat ini bisa dibuat dari bahan yang lain dari benda atau peralatan aslinya. Misalnya siswa waktu belajar tentang fungsi bel listrik. Pertama dapat dibuat model rumah yang sederhana, kemudian dibuat perangkat bel listrik yang sebenarnya dan dihubungkan dengan listrik (battery atau accu). Bel listrik ditempelkan pada dinding rumah-rumahan tersebut. Dengan demikian siswa dapat melihat proses kerjanya bel listrik dan tahu cara meletakkan bel listrik dan tahu cara meletakkan bel listrik yang baik. Contoh lain misalnya dibuat mock-up traffick light ukuran kecil yang dapat menyala. Kemudian dibuatkan model lapangan yang menggambarkan perempatan jalan dan traffick light tadi dipasang pada posisi yang tepat.
Dengan menggunakan mobil-mobilan kecil anak dapat bermain lalu-lintas dengan menggunakan traffick light tiruan tadi. Khusus untuk mock-up traffic light-nya dapat dibuat dari bahan yang nantinya benar-benar dapat memperagakan seperti keadaan yang sebenarnya. Lampunya benar-benar dapat menyala (warna merah, kuning dan hijau).
  1. Kelebihan dari model mock-up
  1. Memberikan pengalaman secara langsung
  2. Dapat menunjukkan obyek secara utuh secara utuh baik kontruksi maupun cara kerja
  3. Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas
  4. Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas
  1. Kekurangan dari model mock-up
  1. Tidak dapat menjangkau sasaran dalam jumlah besar
  2. Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit
  3. Untuk membuat alat perga membutuhkan biaya yang besar
  4. Anak tunanetra sulit untuk membandingkannya

  1. Diorama
Diorama adalah sebuah pandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama biasanya terdiri atas bentuk-bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang lukisan yang disesuaikan dengan penyajian. Contoh: interior pada gua.
Diorama adalah merupakan gabungan antara model dengan gambar prespektif dalam suatu penampilan yang utuh. Dengan diorama kesan visual yang diperoleh siswa lebih hidup. Peragaan melalui medium diorama bisa dilengkapi dengan lampu warna tertentu sehingga lebih memberikan kesan hidup dan dramatis. Diorama dapat dibuat dalam ukuran yang diperkecil, tetapi dapat pula dibuat dalam ukuran yang sebenarnya.
Adapun objek yang dapat dibuat diorama, misalnya kampung nelayan di pantai, rumah adat atau perkampungan tradisional suku tertentu dengan aktivitas penghuninya atau dapat pula dibuat diorama yang menggambarkan suatu peristiwa penting masa lalu yang dicatat dalam sejarah. Diorama yang dibuat dengan ukuran besar/sebenarnya dapat anda temukan misalnya di lantai dasar Monumen Nasional (Monas), museum Lobang Buaya, Museum Stratria Mandala Jakarta, di samping diorama tersebut dibuat dengan ukuran besar juga dilengkapi dengan lampu sebagai pemberi suasana agar berkesan hidup. Selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung suasana, sehingga menjadi nampak lebih hidup.[11]
  1. Kelebihan dari model diorama
  1. Untuk memberikan pemandangan/gambaran visual dari pokok yang sebenarnya dalam bentuk kecil.
  2. Membawa ke dalam kelas sebagian kecil dari pada dunia dalam bentuk diperkecil dan tiga dimensi.
  3. Dapat menggambarkan peristiwa yang terjadi disuatu tempat, waktu tertentu dilihat ari posisi atau arah tertentu pula secara lebih hidup
  1. Kekurangan dari model diorama
  1. Tidak dapat menjangkau sasaran dalam jumlah besar.
  2. Dalam pembuatan membutuhkan waktu dan biaya .
  3. Dan membutuhkan kreativitas guru maupun siswa.[12]
Dari pembagian diatas ada juga yang menambahkan dengan model lain, yaitu:
  1. widya wisata.
Widya wisata adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan melalui kunjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Widya wisata adalah suatu cara nyajikan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada obyek yang akan dipelajariyag terdapat diluar kelas.
Pada umumnya memakai metode ini adalah karena obyek yang akan dipelajari hanya ada ditempat dimana obyek itu berada. Selain itu, pengalan langsung pada umumnya lebih baik dari pada tidak langsung.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui widya wisata adalah: siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna, membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki, melatih seni hidup bersama dan tanggung jawab bersama, menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan siswa, mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan dunia nyata. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: sulit dalam pengaturan waktu, memerlukan biaya dan tanggung jawab ekstra, obyek wisata yang jarang memberikan peluang yang tepat dengan tujuan belajar.
  1. Kelebihan dari widya wisata
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui widya wisata adalah: siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna, membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki, melatih seni hidup bersama dan tanggung jawab bersama, menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan siswa, mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan dunia nyata.
  1. Kelemahan dari widya wisata
kelemahan-kelemahannya adalah: sulit dalam pengaturan waktu, memerlukan biaya dan tanggung jawab ekstra, obyek wisata yang jarang memberikan peluang yang tepat dengan tujuan belajar.
  1. Boneka
Boneka adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk tiruan dari bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model padat juga. Sekalipun demikian, karena boneka dalam penampilannya memiliki karakteristik khusus, maka dalam bahasan ini dibicarakan tersendiri. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka.[13]
Penggunaan boneka dalam pendidikan telah populer sejak tahun 1940-an di Amerika. Di Indonesia, penggunaan boneka sudah lumrah, misalnya wayang golek (di Jawa Barat) digunakan untuk memainkan ceritera Mahabarata dan Ramayana. Macam-macam boneka dibedakan atas: boneka jari (dimainkan dengan jari tangan), boneka tangan (satu tangan memainkan satu boneka), boneka tongkat seperti wayang-wayangan, boneka tali sering disebut marionet (cara menggerakkan melalui tali yang menghubungkan kepala, tangan, dan kaki), boneka bayang-bayang (shadow puppet) dimainkan dengan cara mempertontonkan gerak bayang-bayangnya. Agar penggunaannya menjadi efektif, maka harus memperhatikan hal-hal: merumuskan tujuan pengajaran secara jelas, didahului dengan pembuatan naskahnya, lebih banyak mementingkan gerak ketimbang verbal, dimainkan sekitar 10-15 menit, diselingi dengan nyanyian, ceritera disesuaikan dengan umur anak, diikuti dengan tanya jawab, siswa diberi peluang memainkannya.[14]
  1. Kelebihan dari boneka
Keuntungan menggunakan boneka adalah: efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan; tidak memerlukan keterampilan yang rumit; dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira.
  1. Kekurangan dari boneka
Tidak dapat menjangkau sasaran dalam jumlah besar, Dan membutuhkan kreativitas guru, Anak tunanetra sulit untuk membandingkannya.



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN


Dari pemaparan diatas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
  1. Media pembelajaran tiga dimensi, yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar,dan tinggi/tebal.
  2. Jenis media yang biasa digunakan ada dua, yaitu: boneka dan model. Model terbagi menjadi enam: model padat, penampang, susun, kerja, mock-up, domain. Akan tetapi dalam pembagian ini ada yang menambahkan dengan widya wiasata.
  3. Kelebihan dan kekurangan dalam media tiga dimensi hampir sama, diantara kelebihannya adalah: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara konkrit dan menghindari  verbalisme, dapat menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kekurangan dari media tiga dimensi: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit, untuk membuat alat peraga ini membutuhkan biaya yang besar, anak tukna netra sulit untuk membandingkannya.










DAFTAR PUSTAKA


Nana Sudjana dkk.Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru. 1991
Sadiman, Arief Sukadi dkk.Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. 1988
.http://blog.elearning.unesa.ac.id/bhakti-primafindiga-hermuttaqi/media-3-dimensi














[2] http://faridanurhikmah.wordpress.com/2011/10/26/jenis-dan-karakteristik-media-pembelajaran/
[3] Arief Sukadi Sadiman dkk, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa, 1988), hlm. 186

[4] Nana Sudjana dkk, Media Pembelajaran, (Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm. 156

[5] Nana Sudjana dkk, ibid, hlm. 156-170

[6] Nana Sudjana dkk, Op. Cit, hlm. 158

[8] Nana Sudjana dkk, Op. Cit, hlm. 160

[10] Nana Sudjana dkk, Op. Cit, hlm. 166

 
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Blog templatesFree Web Templates