I AM THE BIG DREAMERS (Awaliya Amirotun)

MAKALAH KTI BAHASA KTI



MAKALAH
BAHASA KARYA TULIS ILMIAH
Dipresentasikan dalam Mata Kuliah
Karya Tulis Ilmiah
Yang diampu oleh : M. Rikza Chamami, MSI


Oleh:

1.      Kresnur Ana Shofiya                    (1403036002)
2.      Rosyidatul Kholidah                     (1403036047)
3.      Awaliya Amirotun                        (1403036054)

KI-2B

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antarmanusia. Sudah menjadi kodratnya bahwa sebuah bahasa, termasuk bahasa indonesia, yang digunakan oleh berbagai etnis (suku bangsa) yang bebeda, serta digunakan secara luas untuk berbagai keperluan dan kegiatan maka bahasa indonesia menjadiragamnya. Bahasa Indonesia yang digunakan orang di Banda Aceh, di Sumatera Barat, Jakarta, Makassar dan tempat-tempat lainnya menjadi tidak sama. Demikian juga dengan bahasa Indonesia yang digunakan dalam bidang kegiatan tertentu, seperti dalam bidang jurnalisstik, dalam bidang kesustraan, dalam bidang hukum dan dalam bidang-bidang lainnya, semua menjadi berbeda, meskipun masih bernama bahasa Indonesia.
Dalam berbagai situasi bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengarnya. Pada tiap-tiap situasi komunikasi yang dihadapi dapat dipilih satu dari sejumlah variasi atau ragam bahasa. Oleh karena itu penulis membahas menguraikan mengenai Bahasa Karya Tulis Ilmiah.

B.       Rumusan Masalah

1.    Apa Pengertian Ragam Bahasa Karya Tulis Ilmiah?
2.    Bagaimana Fungsi dan Kedudukan Bahasa Karya Tulis Ilmiah?
3.    Bagaimana Macam-Macam Ragam Bahasa Bahasa?
4.    Bagaimana Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar itu?



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Ragam Bahasa Karya Tulis Ilmiah
Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cemat, dan sistematis.
Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa ilmiah, bahasa, bentuk, luas, dan ide yang disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam tidak dapat dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu, seperti berikut ini:
1.    Baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa           Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata.
2.    Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam    ilmiah dapat diterima akal.
3.    Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur        secara pasti.
4.    Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan   oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
5.    Denotatif yang berlawanan dengan konotatif.
6.    Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan   tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf ialah   seperangkat  kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.

Dalam karangan ilmiah, bahasa ragam merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan. Sesuai dengan sifat keilmuannya, bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia), logis, cermat, dan sistematis. Karangan Ilmiah beberapa ciri diantaranya : jelas, logis, lugas, objektif, saksama, sistematis, dan tuntas.[1]
B.       Fungsi dan Kedudukan Bahasa Karya Tulis Ilmiah
Yang dimaksud fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa yangdirumuskan sebagai tugas pemakaian bahasa itu didalam kedudukan yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lembaga nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan. Dilihat dari kedudukannya, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
1.    Lambang kebanggaan nasional.
2.    Lambang identitas nasional.
3.    Alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda-beda latar belakang.
4.    Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa indonesia mencerminkan nilai-nilai sosialbudaya yang mendasari rasa kebangsaan. Dengan melalui bahasa nasionalnya, banga Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikannya pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia terpelihara dan dikembangkan, dan rasa kebanggan memakainya senantiasa dibina.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung disamping bendera dan negara kita. Didalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitas sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya sendiri hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga ia bersih dari unsur-unsur bahasa lain, terutama bahasa asing seperti bahasa Inggris, yang tidak benar-benar diperlukan.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan kebangsaan dan sebagai lambang identitas nasional berhubungan erat dengan fungsinya yang ketiga, yaitu sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku-suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda kedalam satu-kesatuan kebangsaan yang bulat. Didalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa harus meninggalkan identitas kesukuan dan kesediaan kepada nilai-nilai sosial dan budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan malah lebih dari itu. Dengan bahsa nasional itu, dapat diletakkan kepentingan daerah dan golongan.
Latar belakang sosial budaya dan latar belakang kebahasaan yang berbeda-beda itu tidak pula menghambat adanya perhungan antar daerah dan antar budaya. Berkat adanya bahasa Nasional, penduduk dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Seseorang dapat bepergian dari pelosok yang satu kepelosok yang lain ditanah air ini dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat dalam fungsinya sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar budaya telah dimungkinkan pula oleh meningkatnya perbaikan sarana perhubungan darat, laut dan udara oleh bertambah luasnya penggunaan alat-alat perhubungan masa seperti radio, televisi, dan majalah, oleh bertambah meningkatnya arus perpindahan penduduk, baik dalam bentuk perantauan perorangan maupun dalam bentuk transmigrasi berencana, oleh meningkatnya jumlah perkawinan antar suku, serta oleh pemindahan petugas-petugas negara, baik sipil maupun militer dari satu daerah ke daerah yang lain.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar budaya, bahasa Indonesia telah berhasil pula melaksanakan fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang merasa bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa peranan yang halus-halus, sekarang dilihat kenyataan bahwa seni sastra dan drama baik yang dituliskan maupun dilisankan serta dunia perfilman telah berkembang sedemikian rupa sehingga nuansa perasaan yang betapapun halusnya dapat diungkapkan dengan memakai bahasa Indonesia. Kenyataan ini tentulah menambah tebalnya rasa bangga akan kemampuan bahasa nasional itu.
Sebagai bahasa negara kedudukan bahasa Indonesia itu didasarkan pada undang-undang dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. Sebagaimana diketahui, pasal 36 itu berbunyi, “bahasa negara adalah bahasa Indonesia.” Landasan konstitusional ini memberikan kedudukan yang kuat bagi bahasa Indonesia untuk digunakan dalam berbagai urusan kenegaraan dan ddalam menjalankan pemerintahan.
Didalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a.              Bahasa resmi kenegaraan.
b.              Bahasa pengantar pendidikan.
c.              Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan dan       pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan    pemerintahan.
d.             Alat pengembangan kebudayaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan pertimbanagan akan berbagai macam fungsi bahasa Indonesia itu muncullah berbagai macam pula ragam bahasa sesuai dengan situasinya. Situasi tempat, pembicara atau penulias, pendengar, pokok pembicaraan, dan sebagainya menentukan ragam bahasa yang dipilih seseorang dalam komunikasinya. Pertimbangan pemilihan ragam bahasa disesuaikan denagan fungsi dan situais pembicaraan. Pada situasi resmi, misalnya pidato hendaklah dikenegaraan, ceramah ilmiah, surat-menyurat dinas, rapat dinas, karangan dinas, perkulihan, dan seebagainya, hendaklah dipilih ragam bahasa yang berbeda dengan situasi non resmi, misalnya situasi dipasar, dijalan-jalan, dirumah, dilapangan olahraga, digedung pertunjukkan, dan sebagainya. Dengan mengingat dan situasi komunitasi itu, tersedialah berbagai raga bahsa yang sesuai komunikasi itu, tersedialah ragam bahasa yang sesuai, yang masing-masing dapat dipilih sesuai dengan kepentinagn dan keperluannya.[2]
C.      Macam-Macam Ragam Bahasa
1.    Ragam Bahasa Berdasarkan Waktunya
Terdapat tiga macam bahasa Indonesia jika konteks waktu dijadikan bahan utama pertimbangan pembedannya. Dalam seting waktu pula sebuah bahasa akan dapat diperinci menjadi:
a.    bahasa ragam lama atau bahasa ragam kuno.
b.    bahasa ragam baru atau bahasa ragam modern.
c.    bahasa ragam kontemporer, yakni ragam bahasa yang banyak mencuat akhir-akhir ini.
Dengan bahasa laras lama atau bahasa ragam kuno dapat dilacak keberadaan atau ekstensi berikut makna ssejumlah dokumen kuno, aneka praasti, dan tulisan-tulisan yang tertuang dalam peranti yang masih sangat sederhana itu.
Bahasa Indonesia dalam ragam baru diatur dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang umumnya juga sudah diperbaruhi.
Nah, dalam banyak literatur memang sama sekali tidak ditemukan ragam bahasa kontemporer. Adapun yang dimaksud adalah entitas bahasa dalam wujud perkembangannya yang sekarang ini, yang sudah tidak menjadi rahasia lagi, telah melahirkan bentuk-bentuk kebahasaan baru yang cenderung mengabaikan kaidah-kaidah kebahasaan yang sudah ada itu.
2.      Ragam Bahasa Berdasarkan Medianya
Jika dilihat dari dimensi medianya, bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni bahasa ragam lisan dan bahasa ragam tulis. Bahasa ragam lisan lazimnya ditandai dan ditentukan oleh penggunaan aksen-aksen bicara atau penekanan-penekanan tertentu dalam aktifitas bertutur, pemakaian intonasi atau lagu kalimat tertentu. Demikian juga tanda-tanda itu akan kelihatan dari wujud-wujud kosakata, tatabahassa, kalimat, dan paragrafnya.
Bahasa ragam lisan selanjutnya dapat diperinci manjadi dua, yakni:
a.       bahasa ragam lisan baku.
b.      bahasa ragam lisan tidak baku. Bahasa ragam lisan baku kelihatan, misalnya saja, ketika orang sedang berceramah di depan para dosen atau mahasiswa, ketika orang sedang menguji skripsi, ketika orang sedang berpidato, ketika orang sedang presentasi, dan seterusnya.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan bahasa ragam tulis adalah bahasa yang hanya tepat muncul dalam konteks tertulis. Bahasa dalam ragam tulis harus sangat cermat dalam pemakaian tanda bacanya, dalam pemakaian ejaan, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan seterusnya. Ketentuan-ketentuan yang lazim ditemukan dalam ragam bahasa baku, terlebih-lebih ragam baku tulis, beberapa dapat disebutkan berikut ini:
1)             memakai ucapan baku.
2)             memakai ejaan resmi.
3)             menghindari unsur kedaerahan.
4)             memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
5)             memakai konjungsi ‘bahwa’ secara eksplisit.
6)             pemakaian bentuk kebahasaan secara lengkap.
7)             pemakaian partikel secara konstiten.
8)             pemakaian kata depan secara tepat.
9)             pemakaian aspek-pelaku-tindakan secara konsisten.
10)         memakai bentuk sintesis.
11)         menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah.
Bahasa ragam tulis baku dalam karya ilmiah akademis tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)         jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya jelas dan runtut.
b)        mengemban konsep makna yang jelas.
c)         memiliki kecermatan dalam hal diksi dan pemakaian tata bahasanya.
d)        bersifat objektive karena bahasa ilmiah menggambarkan fakta sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
e)         bersifat konsisten dan runtut dalam penalarannya.
f)         bersifat rasional dan sistematis dalam alur berpikirnya.


3.    Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasinya
Apabila didasarkan pada kandungan pesan komunikasinya, bahasa dapat dibedakan menjadi:
a.         bahasa ragam ilmiah.
b.         bahasa ragam sastra.
c.         bahasa ragam pidato.
d.        bahasa ragam berita.[3]

D.      Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Dalam penulisan karya tulis ilmiah juga menggunakan bahasa tulisan ilmiah yang bercirikan :
1.      Penggunaan bahasa yang baku. Misalnya, tidak menggunakan kata “bisa”, tetapi menggunakan kata “dapat”.
2.      Kalimat pada umumnya mengunakan kalimat pasif. Misalnya, “masalah ini sebaiknya “diabaikan”, bukan, “Saya sebaiknya mengabaikan masalah ini”.
3.      Menggunakan kata “penulis” sebagai kata “saya” atau “kami”.
4.      Kata-kata yang digunakan tidak mengandung makna ambigo. Artinya, diksi atau pilihan kata hanya memilih kata-kata yang bermakna satu dan jelas.
5.      Dalam tulisan tidak digunakan ungkapan-ungkapan yang bersifat hiperbola atau melebih-lebihkan.
6.      Tidak menggunakan kata-kata yang bersifat menyangatkan atau instensify, seperti sangat, sekali dan sejenisnya.
7.      Menghindari kata-kata yang mengekspresiakan emosi seperti suka, bagus, dan sejenisnya. Sebagai gantinya menggunakan kata, seperti “memilih”, “sesuai standart”, “menurut aturan”.
8.      Kalimat ditulis secara singkat, tidak bertele-tele atau memutar-mutar.
9.      Tulisan banyak menggunakan terminologi khusus.[4]
Disamping ciri-ciri tersebut diatas, bahasa ilmiah juga memuat ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Bahasanya jelas, lugas, logis, dan runtut. Kejelasan dan kejelasan ini terlihat pada pemakaian kata dan istilah yang tertentu maknanya. Kelogisan terlihat pada pemaiakan kalimat yang bisa diterima oleh akal sehat. Sedangkan keruntutan bisa dilihat dari rangakaian kalimat dalam paragraf.
b.      Objektife,  yaitu penyampaian yang menonjolkan objek yang dibahas, bukan menonjolkan yang dibahas. Ciri ini terlihat pada penggunaan ciri kalimat pasif, bukan kaliamat aktif. Juga menghindari penggunan kata “saya”, “kami”, dan sejenis dengan itu.
c.       Penggunaan tata cara penulisan yang benar, yaitu sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku. Misalnya penggunaan tanda baca yang benar, penggunaan singkatan yang benar. [5]
Berkaitan dengan ragam tulisan ada baiknya kitapun memahami perihal gaya penulisan, yaitu sikap terhadap isi dan bentuk tulisan. Dalam prespektif stilistika, gaya penulisan dikategorikan:
1)      Gaya sastra yang impresionitik dan subjektif mengingat tujuannya yang hendak memunculkan kesan tertentu.
2)      Gaya keilmuan yang formal, objektif dan argumentatif, karena hendak, menggaris bawahi keberan.
3)      Gaya jornalistik yang deskriftif dan objektif sesuai dengan tujuan itu sendiri sebagai laporan atas fakta. [6]
Didalam statistika modern gaya penulisan lebih dikenal dalam istilah “gaya bahasa”. Pada kategori gaya penulisan, maka artikel ilmiah maupun pada gaya keilmuan.
Prinsip-prinsip dalam penulian karya tulis ilmiah, yaitu :
a)        Penulisan kata
Dalam menulis artikel ilmiah kita harus menguasai secara aktif sejumlah besar kosakata bahasa (dalam kaita ini : bahasa Indonesia dan bahasa Asing yang relevan). Makin besar kosakata yang dikuasai, kita makin mampu mengendalikan diksi secara tepat dan sesuai. Diksi arau pilihan kata akan mencerminkan kecermatan kita dalam berbahasa. Terutama untuk artikel ilmiah, diksi sharusnya mencerminkan bidang keilmuan kita. Oleh karena itu merupakan hal yang wajar dikatakan bahwa kita sebagai penulis artikel ilmiah harus tepat dan sesuai dalam memilih kata atau apakah plihan kata kita sudah sesuai dengan konteks pembicaraan kita.[7]
Penggunaan kata dalam karya tulis ilmiah berbeda dengan penggunaan kata yang sering dipakai dalam karya sastra atau dalam berbahsa sehari-hari. Kata-kata yang dipakai dalam karya tulis ilmiah harus mengacu pada makna yang pasti, tidak samar, dan tidak mendua (ambigu). Oleh karena itu dalam menggunakan kata harus sadar akan maknanya.[8]
b)        Penulisan Kalimat
Kalimat-kalimat yang ada dalam karya tulis ilmiah haruslah kalimat yang memenuhi syarat dari isi dan strukturnya. Dari segi isi, informasinyang disampaikan dalam kalimat mengandung kebenaran yang diterima oleh akal sehat. Dari segi strukturnya bagian-bagian yang ada dalam kalimat menduduki kalimat yang jelas dan saling emngait satu dengan yang lain, sehingga mempunyai keutuhan.[9]
Dalam menulis artikel ilmiah kita harus menguasai secara aktif kaidah penyusunan kalimat yang dalam kaitan ini merujuk pada:
1)        Kelengkapan unsur kalimat. Kalimat “disini melayani kambing kurban”, umpamanya, tentu dianggap sebagai kalimat yang kehilangan unsur subjek dan predikatnya (seharusnya, “disini kami melayani pembelian kambing kurban”);
2)        Pararelisme, pararelisme seharusnya diperhatikan guna menyelaraskan antara struktur gramatiak dan alur pikir. Kalimat “Rohandi menyeret kambing kurban, lalu disembelihnya”, contohnya, tentu dianggap sebagai kalimat yang tidak selaras (seharusnya, “Rohandi menyeret kambing kurban lalu menyembelihnya”);
3)        Mengindari Ambiguitas, karena akan membingungkan pembaca. Kalimat “Suami dosen yang kurus itu muda sekali”, misalnya, tentu dianggap sebagai kalimat yang ambigu, sebab siapa yang kurus suami dosen itu ataukah si dosen itu sendiri”;
4)        Menghindari penonjolan personal atau menunjuk diri. Kalimat “perihal penilitan ini sudah dikonfirmasikan “tentu lebih baik ketimbang “perihal penelitian ini sudah saya konfirmasikan”;
5)        Menghindari bahasa figuratif atau bahasa kias, agar makna kalimat menjadi lugas atau menjadi kias. Kalimat “untuk melancarkan penelitian ini “tentu lebih baik daripada kalimat “untuk melancarkan penelitian ini” tentu lebih baik daripada kalimat “untuk memuluskan penelitian ini”;
6)        Menghindari kalimat yang terlalu kompleks, bertele-tele atau berputar-putar, karena akan menghilangkan gagasan atau topik utamanya”[10]
C.            Paragraf merupakan pengembangan gagasan pengembangan dari suatu topik. Oleh karena itu, paragraf biasanya terdiri atas 2 kalimat atau lebih. Sebagai pengembangan gagasan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang alin harus jelas hubungannya. Apakah hubungan sebab, akibat, syarat, klasifikasi, kondisi, contoh, bukti, perbandingan atau yang lainnya. Kalau ada kalimat yang tidak jelas hubungannya dengan kalimat yang lain, pertanda paragraf itu tidak baik karena pengembangannya tidak jelas.[11]
D.           Penyusunan Alinea
Alinea adalah satuan bahasa yang pada umumnya merupakan penggabungan secara runtut dan padu beberapa kalimat yang hanya membicarakan suatu gagasan. Sebuah alinea yang mengandung beberapa gagasan dianggap sebagai alinea yang gagal. Menurut fungsinya, kalimat-kalimat yang membangun sebuah alinea dapat dikategoriaka sebagai kalimat topik (kalimat pokok) dan kalaimat pendukung (kalimat penjelas). Kalimat topok adalah kalimat yang berisiskan ide pokok atau ide utama alenia. Alinea yang efektif haruslah memenuhi dua syarat.
1.        Kesatuan atau Kohesi
Yaitu jika seluruh kalimat dalam alinea hanya membicarakan   satu pokok pikiran taua satu masalah (tidak tiba-tiba         melompat ketopik yang lain, meskipun masih berkaitan         dengan topik yang sedang dibicarakan).
2.         Kepaduan atau Koherensi
Yaitu jika aliran kalimat satu dan lainnya berjalan denagn     lancar. Untuk melancarkannya, kita dapat menggunakan       susunan yang logisantar kalimat atau mamnfaatkan repetisi,             kata ganti kata sambung, dan frase penghubung.[12]



























KESIMPULAN

Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa bedasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cemat, dan sistematis.
Yang dimaksud fungsi bahasa adalah nialai pemakaian bahasa yangdirumuskan sebagai tugas pemaikan bahasa itu didalam kedudukan yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lembaga nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan. Dilihat dari kedudukannya, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda-beda latar belakang, dan alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
Macam-Macam Ragam Bahasa:
Ragam Bahasa Berdasarkan Waktunya
Terdapat tiga macam bahasa Indonesia jika konteks waktu dijadikan bahan utama pertimbangan pembedannya. Dalam seting waktu pula sebuah bahasa akan dapat diperinci menjadi (a) bahasa ragam lama atau bahasa ragam kuno, (b) bahasa ragam baru atau bahasa ragam modern, dan (c) bahasa ragam kontemporer, yakni ragam bahasa yang banyak mencuat akhir-akhir ini.
Ragam Bahasa Berdasarkan Medianya
Jika dilihat dari dimensi medianya, bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni (a) bahasa ragam lisan dan (b) bahasa ragam tulis. Bahasa ragam lisan lazimnya ditandai dan ditentukan oleh penggunaan aksen-aksen bicara atau penekanan-penekanan tertentu dalam aktifitas bertutur, pemakaian intonasi atau lagu kalimat tertentu. Demikian juga tanda-tanda itu akan kelihatan dari wujud-wujud kosa kata, tata bahasa, kalimat, dan paragrafnya.
Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasinya
Apabila didasarkan pada kandungan pesan komunikasinya, bahasa dapat dibedakan menjadi (1) bahasa ragam ilmiah, (2) bahasa ragam sastra, (3) bahasa ragam pidato, dan (4) bahasa ragam berita.
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Dalam penulisan karya tulis ilmiah juga menggunakan bahasa tulisan ilmiah yang bercirikan :
A.      Penggunaan bahasa yang baku. Misalnya, tidak menggunakan kata “bisa”,       tetapi menggunakan kata “dapat”.
B.       Kalimat pada umumnya mengunakan kalimat pasif. Misalnya, “masalah           ini sebaiknya “diabaikan”, bukan, “Saya sebaiknya mengabaikan          masalah ini”.
C.       Menggunakan kata “penulis” sebagai kata “saya” atau “kami”.
D.      Kata-kata yang digunakan tidak mengandung makna ambigo. Artinya,            diksi atau pilihan kata hanya memilih kata-kata yang bermakna satu dan    jelas.
E.       Dalam tulisan tidak digunakan ungkapan-ungkapan yang bersifat         hiperbola atau melebih-lebihkan.
F.        Tidak menggunakan kata-kata yang bersifat menyangatkan atau instensify,       seperti sangat, sekali dan sejenisnya.
G.      Menghindari kata-kata yang mengekspresiakan emosi seperti suka, bagus,        dan sejenisnya. Sebagai gantinya menggunakan kata, seperti “memilih”,           “sesuai standart”, “menurut aturan”.
H.      Kalimat ditulis secara singkat, tidak bertele-tele atau memutar-mutar.









PENUTUP

Demikianlah uraian singkat mengenai ragam bahasa karya tulis ilmiah. Pemakalah sadar bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang kami harapkan dari para pembaca, guna perbaikan makalah kami selanjutnya. Semoga apa yang kami tulis dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

























DAFTAR PUSTAKA
Rahardi Kunjana, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Erlangga,    2009.
Alek dan Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Kencana   Prenada Media Group, 2010.
Sugihastuti, Bahasa Laporan Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.
Sawarno Jonathan, Pintar Menulis Karangan Tulis Ilmiah, Yogyakarta : Andi
                  Offset, 2010.
Muslich, Masnur dan Maryaeni, Bagaimana Menulis Skripsi. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
Wibowo Wahyu, Piawai Menembus Jurnal Terakreditas, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.













BIODATA PENULIS

1.    Nama                                : Kresnur Ana Shofiya
       NIM                                 : 1403036002
       Jurusan                             : Kependidikan Islam
       Tempat, tanggal lahir       : Pati, 20 Maret 1996

2.    Nama                                : Rosyidatul Kholidah
       Alamat                             : Koripan Dawung, Tegal Rejo
       Tempat, tanggal lahir       : Magelang, 27 Maret 1996

3.    Nama                                : Awaliya Amirotun
       NIM                                 : 1403036054
       Jurusan                             : Kependidikan Islam
       Alamat                             : Merak, Dempet, Demak Rt. 04/ll
       E-mail                               : awwaliyaa29@gmail.com
       Blog                                 : Awaliya29.blogspot.com





[1]Alek dan Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010). Hal. 170-172.

[2]Sugihastuti, Bahasa Laporan Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), Hal. 10-13.

[3]Rahardi Kunjana, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta : Erlangga, 2009), Hal : 14-18.

[4]Sawarno Jonathan, Pintar Menulis Karangan Tulis Ilmiah, (Yogyakarta : Andi Offset, 2010), Hal : 54.
[5]Muslich, Masnur dan Maryaeni, Bagaimana Menulis Skripsi. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hal : 113.
[6]Wibowo Wahyu, Piawai Menembus Jurnal Terakreditas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Hal : 55-56.


[7]Sugihastuti, Bahasa Laporan Penelitian,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), Hal : 67-68.
[8]Muslich, Masnur dan Maryaeni, Bagaimana Menulis Skripsi. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hal : 113-114.
                [9]Muslich, Masnur dan Maryaeni, Bagaimana Menulis Skripsi. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hal : 114-115.           
[10]Wibowo Wahyu, Piawai Menembus Jurnal Terakreditas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Hal : 68-69.
[11]Muslich, Masnur dan Maryaeni, Bagaimana Menulis Skripsi. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hal : 116
[12]Wibowo Wahyu, Piawai Menembus Jurnal Terakreditas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Hal : 69-70.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Blog templatesFree Web Templates