MAKALAH
PENYUNTINGAN
KARYA TULIS ILMIAH
Dipresentasikan
dalam Mata Kuliah
Karya
Tulis Ilmiah
Yang
diampu oleh : M. Rikza Chamami, MSI
Agustina Ayu Saputri (133211082)
Riayatul
Masruroh (1403036057)
Misbachul
Anam (1403036065)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISOGO
TAHUN
2015
I.
PENDAHULUAN
Naskah
atau buku yang telah selesai ditulis, keseluruhanya pasti belum sempurna. Belum
layak untuk dikirim langsung ke penerbit. Pada beberapa bagian selalu terdapat
kesalahan-kesalahan yang fatal, sehingga perlu diperbaiki. Nah proses perbaikan
itu yakni disebut dengan editing atau penyuntingan. Penyempurnaan naskah buku
agar siap diterbitkan perlu dibaca dan di tata ulang oleh penulisnya atau orang
lain yang di anggap berkemampuan atau sering kali disebut dengan editor ahli. Yamg
termasuk tahap penyuntingan adalah pembaca, pengecekan kembali masalah yang
kurang lengkap dilengkapu yang kurang relevan dibuang.
Pembahasan
berikut ini menyangkut editing yang dilakukan sendiri oleh penulis atau calon
penulis atau editor ahli, bukan editing atau penyuntingan yang dilakukan oleh
editor penerbitan. Maka dari itu kami akan menjelaskan materi yakni sebagai
berikut : 1) isi/materi/gagasan, 2) keseimbangan paragraf, 3) kebahasaan, 4)
sistematika ragangan.[1]
II.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah?
2. Apa
saja macam-macam editing?
3. Apa
tujuan penyuntingan karya tulis ilmiah?
III.
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah
Menurut
Kmanus Besar Bahasa Indonesia, menyunting
adalah : 1) mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit
(dengan memperhatikan terutama sseperti diksi dan struktur kalimat), makna ini
sering diterjemahkan menjadi menyunting;
2) merencanakan penerbitan (surat kabar, majalah); 3) menyusun (film, video
rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali dan yang melakukan pengeditan
dipanggil dengan sebutan editor ahli.[2]
Sebelum
mengetik konsep, penyusun lebih dahulu memeriksanya. Tentu ada bagian yang
tumpang tindih dan ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang
tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang
pembahasan.[3]
Penyuntngan sebaiknya dilakukan beberapa saat setelah selesai penulisan. Hal
ini untuk menjaga ketenangan berpikir dan ketelitian mengoreksi karya tulis
ilmiah.[4]
Dalam
menulis karya tulis ilmiah, penulis juga berkewajiban menyelaraskan isi bahasa,
dan alur pikiran materi sebelum karya tulis ilmiah dikirimkan pada penerbit.
Tentu itu bukan bahwa karya tulis imiahnya akan diterima begitu saja oleh
penerbit tanpa dikutak-katik dan langsung diterbitkan begitu saja.
Peran
penyunting (editor) sangat besar bagi penulis, karena merupakan rekan penulis
dalam mewujudkan impianya, yakni menerbitkan karya tulis ilmiah, inilah senarai
peranan mereka, yaitu :
1. Membantu
penulis agar karyanya layak dibaca dan bisa diterbitkan.
2. Membebaskan
karya tulis dari masalah kebahasaan, seperti ejaan, tata bahasa, tanda baca.
3. Membantu
agar tulisan memiliki koherensi yang baik anatar kalimat-kalimat yang ada dalam
suatu paragraf, antara paragraf satu denan paragraf yang lain, dan antara
subbab satu dengan subbab yang lainya.
4. Meluruskan
ide-ide yang salah atau kurang tepat
5. Mendukung
konsistensi dalam penulian
6. Membuat
tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami, enak dibaca dan menarik
Disinilah editor
berperan sebagai pemandu penulis agar mencapai tujuanya yang sesingkat mungkin
denagn tingkat kesalahan seminimal mungkin, karena kerja sama antar penyunting
dan penulis sangat diperlukan untuk menghindari massalahyang timbul dalam
penyuntingan. Sebelum penyuntingan dimulai harus terlebih dahulu menyadari
bahwa penyuntingan diperlukan untuk membuat kata, ungkapan, kalimat, paragraf,
dan subbab koheerensi, halus, menarik, dan lebih jelasnya supaya tidak terjadi
kesalahan-kesalahan dalam penyuntingan.[5]
Secara umum proses
pengeditan ada dua cara, yaitu :
a. Penyuntingn
secara redaksional. Menurut cara ini, editor memeriksa setiap kata dan kalimat
agar logis, mudah dipahami dan tidak rancu (mempunyai ejaan ynag benar,
mempunya arti dan mudah dibaca).
b. Menyunting
secara substansional, yakni editor memperhatikan data dan fakta agar tetap
akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam proses pengeditan jenis
ini adalah :
1. Memperbaiki
kesalahan-kesalahan faktual
2. Menghindari
kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki
3. Menghindari
unsur-unsur seperti penghinaan
4. Menulis
judul yang menarik
5. Membeerikan
penjelassan tambahan untuk gambar atau tabel
6. Menelaah
kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak menutupkemungkinan masih
terdapat kesalahan redaksional dan substansional.[6]
Kebutuhan pengeditan
muncul karena adanya prinsip dasar bahasa jurnalistik yang harus terpenuhi
dalam sebuah tulisan. Bahasa jurnalistik befungsi sebagai bahasa komunikasi
masa. Karena perananya tersebut, bahasa yang dipakai haruslah lebih jelas dan
mudah dibaca dengan tingkat intelektual minimal.[7]
B. Macam-macam
Editing Karya Tulis Ilmiah
1. Editing
isi, materi, atau gagasan
Isi,
materi atau gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku diibaratkan sebagai
gizi sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada banyak
atau sedikitnya materi dari buku yang di tuliskanya. Buku yang akan di terbitkan
memerlukan ketebalan yang memadai agar buku itu secara estetika indah dipandang
atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan dengan jumlah halaman yang digambarkan
isi atau materi atau gagasan. Buku yang berjumlah halamnya kurang tidak
memberikan daya tarik, terutama untuk penyimpanan dan pendokumentasian.Penyuntingan
terhadap isi buku dapat dilakukan dengan caraa pengurangan, penggantian, dan
penambahan isinya yang relevan dengan topik dan tema kajianya.
Pengurangan
terhadap isi, materi atau gagasan bila memang dianggap tidak relevan dengan
topik kajianya. Kalau memungkinkan ada sumber lain yang aktual dan akurat,
seorang penulis dapat saja menambahkan isi, materi, atau gagasan itu untuk
melengkapinya, misalnya grafik, tabel, gambar, atau data lain yang dianggap
perlu.
Proses
editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan akurasi data,
informasi yang aktual jugauntuk menambah
wawasan ilmu dan pengetahuan bagi penulis dan pembacana. Dengan demikian dapat
menambah ketebalan halaman buku secara langsung hingga mencapai ukuran ideal
sebuah buku mata ajar yang akan diterbitkan. [8]
2.
Editing Paragraf
Editing
atau penyuntingan terhadap isi, materi, atau gagasan akan berpengaruh pada
kepadatan paragraf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan
antarparagraf, ada yang tebal dan tipis. Paragraf yang tidak berimbang tebal
atau tipisnya dapat mempengaruhi nilai estetika buku.
Dengan
demikian, penyuntingan berikutnya harus diarahkan terhadap bentuk idealis
paragraf. Paragraf yang tipis harus diseimbangkan dengan paragraf yang mencapai
ketebalan standar, hingga semua ketebalan paragraf dianggap relatif seimbang.
Kalau
isi, materi, atau gagasan diibaratkan sebagi gizi sebuah buku, maka paragraf
merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antarparagraf dalam sebuah buku
sangat diperlukan keseimbanganya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk memenuhi
stndar estetika buku ketika dilakukan penilaian dalam sebuah kompetisi.
Paragraf yang terlalu tebal dapat mempengaruhi daya baca ssesorang da;am
memahami teks. Seoarang penulis mesti memerhatikan ini, karena teks yang dibaca
tanpa adanya upaya memahaminya dari pembaca menjadikan buku yang diterbitkan
itu menjadi mubadzir. Sebaliknya, ketipisan paragraf juga dikawatirkan tidak
memiliki gagaan yang disampaikan penulis. Malah
bisa jadi gagasanya itu, tidak selesai diunkapkan dengan kata-kata dan
kalimat yang terlepas.
Pada
langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan kalimat
yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain.
Hubungan antar-kalimat dan antar-alinea
mestinya merupakan mata rantai pemikiran yang sambung-menyambung.
Tidak
kalah pentingnya juga, perlu dicermati aktualitas, ketepatan, dan kebenaran
pada data, grafik, tabel, foto, began yang disajikan dalam naskah. Sebab
kesalahan data bisa berakibat fatal.[9]
3. Ragangan
atau outline
Dalam
sebuah buku,, diibaratkan sebagai tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang
mengandung gizi. Oleh sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis
berdasrkan topik dan sub topiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan
urutan-urutan dan letak sub topik pembahassan yang akan ditulis. Ragangan dalam
penulisan buku yang telah ditetapkan sejak awal bukan merupakan harga mati.
Dalam
arti, ragangan yang tidak sesuai dengan isi, materi, atau gagasan dalam buku
masih bisa di bongkar pasang untuk menyesuaikanya. Sama halnya dengan judul
tulisan atau buku yang telah di setting sejak awal boleh saja digunta-ganti
sesuai dengan tema yang disajikanya.Ragangan dapat saja diubah saat penulisan
sedang berjalan atau nanti di akhir penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan
cara mengurangi, mengganti, atau menambahkan sesuai dengan sup topik kajian.
Pada dasarnya ragangan yang telah ditulis sejak awal penulisan harus
disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam isi, materi, atau gagasan dalam buku.
Pertimbanganya akan lebih mengganti ragangan dari pada harus menulis ulang tema
kajianya. Editing ragangan yang terbaik addalah saat finalisasi [enulian,
sekaligus dalam menentukan halaman pada daftar isi buku.[10]
4. Editing
Kebahasaan
Kebahasaan
dalam buku disamakan dalam kulit sebagai pembukus
daging dan tulang serta
untuk melindungi keberadaan gizinya. Karena itu, bahasa buku harus memenuhi
standarisasi bahsa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang menjadi dasar rujukan
harus menggunakan ejakan yang disempurnaka (EYD). Penulisan buku mata ajar kuliah
atau karya ilmiah populer bahasa nya tidak bisa seenaknya penulis, tetapi harus
menggunakan bahasa formal atau seniformal. Editing
atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak diperlukan kala buku itu akan
diterbitkan.
Editing kebahasaan mempunyai banyak fungsi, antara lain
untuk standardisasi sebuah buku. Hal itu sangat diperlukan dalam memberikan
bobot atas buku teks. Selain itu juga, bahasa dapat menjadi pemanis dalam
menambah daya tarik pembaca. Namun demikian, untuk penulisan buku mata ajar
kuliah atau karya ilmiah tidak perlu menggunakan bahasa seindah puis atau
sajak. Kebahasaan yang dimaksudkan disini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa
yang berlaku.
Fungsi lain dari ke
tata bahasaan juga untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap sebuah teks yang
tersusun dari sebuah kata, kalimat, dan paragraf.[11]
Perangkat
kebahasaan dopersiapkan untuk mempermudah penulisa katya tulis ilmiah agar
lebih efektif. Perangkat ini mencakup penghurufan, penomoran, atau angka,
lambang, ejaan, dan tanda baca.[12]
Dalam
buku yang lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing) menyangkut
beberapa aspek, diantaranya yaitu :
a. Revisi
judul
Karena
terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka kita harus
membuat judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan yang lebih menarrik, lebih
“menggigit” dan lebih mengena sasaran pembaca. Untuk membuat judul yang
“menggigit”, diperlukan kepekaan rasa keindahan bahasa sserta ketegasan makna.
Sering
terjadi judul karya tulis ilmiah konsumsi yang dibuat penulis pemula terlalu
panjang, terlalu singakt, datar, tidak menarik, tidak membumi, dan terlalu
akademis. Kerap terjadi judul karya tulis ilmiah yang dibuat sama persis dengan
judul laporan penelitian atau judul skripsi yang terasa dingin, kaku, dan
ssangat formal.
b. Revisi
intro
Seringkali
penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele, berputar-putar,
tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan adakalanya
membingungkan. Intro adalah bagian pembuka dan pendahuluan. Dalam pidato, intro
adalah pengantar sebelum sampai kepada pokok bahasan, intro artikel yang baik
cukup tiga paragraf. Pastikan intro yang sudah ditulis memenuhi syarat :
ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dalam bahasa jurnalistik yang baik.
c. Revisi
komposisi
Komposisi
berrti susunan yang seluruhnya berurutan. Karya tulis ilmiah yang baik harus
sesuai dengan hukum komposisi. Sekali keluar dari hukum tersebut, kepala dibuat
kaki dan sebaliknya, maka artikel yang dibuat tak ubahnya seperti sirkus. Untuk
itu perlu diperiksa apakah komposisi artikel yang dibuat sudah baik.
d. Revisi
akurasi dan relevansi data
Teliti
dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat, angka,
tanggal, bulan dan tahun. Setelah diyakini semuanya tak ada yang salah tulis
atau salah kutip, teiti lagi apakah data yang telah dikutip relevan dengan
pokok bahasan. Jika tidak relevan, maka harus dibuang.
e. Revisi
ejaan dan istilah teknis
Tanpa
sadar kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti dan
dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti istilah-istilah
tersebut dengan istilah yang lebih dipahami oleh umum.
f. Revisi
gramatika
Berkomunikasi
secara tertulis berbeda dengan berkomunikasi secara lisan. Bahasa lisan lebih
menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis lebih menekankan pada struktur
bahasa dan makna. Selain itu, bahasa artikel juga harus menggunakan bahasa
jurnalistik yang menggunakan kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana,
dan mudah dimengerti.
g. Revisi
bobot dan substansi materi tulisan
Menulis
tidak hanya sekedar memberikan informasi, meyakinkan, membujuk, dan menghibur
pembaca. Menulis sekaligus untuk menunjukan kapasitas dan kredibilitas penulis.
Menulis seharusnya ssesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan disiplin ilmu
penulis. Hal seperti itu diperlukan agar sesuatu ketika penulis tidak salah
dalam mengirim karya tulis ilmiah.
h. Asumsi
dampak yang diharapkan
Menulis
berarti berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik adalah yang
senantiasa memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus efektif, yaitu mencapai
hassil yang diharapkan. Menulis seharusnya dalam koridor normatif yang ada,
realitas karya tulis ilmiah adalah rasional.[13]
C. Tujuan
penyuntingan karya tulis ilmiah
Tahap pemeriksaan atau
penyuntingan konsep ini bertujuan untuk :
1. Melengkapi
data yang dirasa masih kurang.
2. Membuang
dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok dengan pokok
bahasan karya ilmah.
3. Mengedit
setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahan-bahan
secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu dengan
yang lain.
4. Mengedit
setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari pemakaian bahasa
yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata, penyesuaian
kalimat, penyesuaian paragraf, maupun penerapan kaidah ejaan sesuai EYD.[14]
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian
diatas, dapat disimpulakn bahwa editing adalah : pertama mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap
terbit (dengan memperhatikan terutama segi ejaan, diksi dan struktur kalimat),
makna ini sering diterjemahkan menjadi menyunting;
kedua merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah),
menyusun (film, pita rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali;ketiga proses memperbaiki karya tulis
ilmiah denagn cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali apa yang sudah
ditulis atau diterbitkan. Orng yang melakukan pengeditan dipanggil dengan
sebutan editor.
Proses eediting atau penyuntingan ini dilakukan selain
berkaitan dengan akurasi data, informasi yang aktual, juga untuk menambah
wawasan ilmu dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya. Macam-macam editing
yaitu ada empat. Yakni : editing isi/materi/gagasan, editing paragraf, editing
ragangan, editing kebahasaan. Dan sedangkan dibuku lain dijelaskan bahwa proses
pengeditan ada beberapa aspek, yaitu :
a. Revisi
judul
b. Revisi
intro
c. Revisi
komposisi
d. Revisi
akurasi dan relevansi data
e. Revisi
ejaan dan istilah teknis
f. Revisi
gramatika
g. Revisi
bobot dan substansi materi tulisan
h. Asumsi
dampak yang diharapkan
Salah
satu tujuan penyuntingan yaitu mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya
ilmiah untuk menghindari pemakaian bahasa yang kirang efektif.
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang kami sampaikan. Kami sadar bahwa makalah ini belum sempurna baik
dari segi penulisan maupun dari segi materi. Oleh karena itu, kami sangat
berharap akan saran dan kritik dari pembaca demi menciptakan sebuah makalah
yang lenih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi
para pembaca.
Daftar Pustaka
Dwiloka,
Bambang dan Riana, Rati. 2005. Teknik
Menulis Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta).
Dalman.
2012. Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta : Rajawali Pers).
Haris
Sumadiria, AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, (Bandung : Simbiosa
Rekatam Media).
HS,
Lasa. 2009. Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III, (Yogyakarta : Pinus).
Kuncoro,
Mudrajad. 2009. Mahir Menulis, (Jakarta : Erlangga)
Leo,
Sunanto. 2010. Kiat jitu Menulis dan Menerbitkan Buku, (jakarta : Erlangga).
Rahmat
Rosyadi, a. 2008. Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah, (Bogor : Ghalia
Indonesia)
Nama : Misbachul Anam
Nim : 1403036065
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Kependidikan Islam
T.T.L : Kendal 21 Juni 1996
Pendidikan
SD-S1 : 1. SDN 01 Sendang Dawung
2. Mts
Uswatun Hasanah Semarang
3. MAN Kendal
4. UIN
Walisongo (belum lulus/proses)
Alamat : Sendang Dawung Rt 03/ Rw
06, Kangkung, Kendal
Nomor Telepon
: 085870195580
Email : Maoelana_child90@yahoo.co.id
Nama : Riayatul Masruroh
Nim : 1403036057
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Kependidikan Islam
T.T.L : Grobogan, 23 April 1993
Pendidikan
SD-S1 : 1. SDN 04 Sembungharjo
2. MTs.
Tsamrotul Huda
3. PKBM
Tunas Harapan (paket C)
4. UIN Walisongo (belum lulus/proses)
Alamat : Dukoh, Sembungharjo,
Purwodadi
Nomor Telepon
: 085741401061
Email : riayatul_masruroh@yahoo.co.id
Nama : Agustina Ayu Saputri
Nim : 133211082
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab
T.T.L : Boyolali, 30 Mei 1994
Pendidikan
SD-S1 : 1. SDN 03 Gisikdrono Semarang
2. SMP N 30
Semarang
3. SMA N 7
Semarang
4. UIN
Walisongo (belum lulus/proses)
Alamat : Kumudasmoro Utara IV 4/7
Semarang Barat 50148
Nomor Telepon
: 087831065554
Email : gustihasta@gmail.com
[1]A Rohmat Rosyadi,Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah, Bogor
: Ghalia Indonesia, 2008, hlm. 100-101
[2]Mudrajad Kuncoro,
Mahir Menulis, Jakarta : Erlangga,
2009, hlm. 107.
[3]Bambang Dwiloka
& Rati Riana, Teknik Menulis Karya
Tulis Ilmiah, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2005, hlm. 24.
[4]Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III,
Yogyakarta : Pinus, 2009, hlm. 190
[5]Sutanto Leo, kiat Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku,
Jakarta : Erlangga, 2010, hlm. 109
[6]Mudrajad Kuncoro,
Mahir Menulis, Jakarta : Erlangga,
2009, hlm. 108
[7]Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III,
Yogyakarta : Pinus, 2009, hlm. 190
[8]A Rohmat Rosyadi,
Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah, Bogor
: Ghalia Indonesia, 2008, hlm.101-102
[9]Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III,
Yogyakarta : Pinus, 2009, hlm. 190
[10]A. Rahmat
Rosyadi, Menjadi Penulis Profesionnal Itu
Mudah, Bogor : Ghalia Indonesia, 2008, hlm. 103.
[11]A. Rahmat
Rosyadi, Menjadi Penulis Profesionnal Itu
Mudah, Bogor : Ghalia Indonesia, 2008, hlm. 103-104
[12]Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III,
Yogyakarta : Pinus, 2009, hlm. 191
[13]AS Haris
Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk
Rencana, Badung : Simbiosa Rekatama, 2004, hlm. 21-26.
[14]Dalman, Menulis karya Ilmiah, jakarta : Rajawali
Pers, 2012, hlm. 58.
0 komentar:
Posting Komentar